Pages

Tuesday, October 6, 2009

Aku dan Tukang cukur

Mau cerita sedikit tentang tukang cukur rambut langganan.
Bukan salon mewah yang berlokasi di Gedung atau Mall, tetapi tukang cukur yang menyewa tempat di pinggir jalan Dago/Juanda - Bandung bernama "Pangkas Rambut Rapi".
Tukang cukurnya Asgar, maksudnya asli garut atau asal garut, gak tau kenapa klo saya perhatikan dari sana banyak yang berprofesi ini, selain tukang sol sepatu.
Akang yang saya ceritakan ini tukang cukur langgananku semenjak menginjakan kaki ke kota Bandung, hasil pangkasannya rapi sesuai namanya ga salah. Tempat cukur ini disewa oleh 3 hingga 4 orang ahli potong rambut, 1 orang berganti. Dari ke 4 orang ini sebenarnya hanya satu saja yang pas dengan selera, gak tau kenapa. yang jelas yang lainnya hasil potongannya kadang kependekan atau kepanjangan, perasaan atau selera ga pas aja.
Ada yang istimewa dari tukang2 cukur yang saya kenal ini, akang yang satu sambil motong biasanya seneng sekali ngobrol politik dan berita berita ke arah sana, mengkritisi kebijakan pemerintah dll. Percakapan itu biasanya saya mulai atau dia yang mulai kemudian saya tanggapi, mulai nya gampang contoh kalimat "Gas Elpiji susah" nanti bisa berkembang sendirinya, mengalir ditanggapi kanan kiri depan belakang. Salut deh buat akang satu ini yang kritis dan dan religius (juga obrolannya).
Akang yang kedua, biasanya tempatnya yg ditengah, dari ketiganya yang paling berumur (sepertinya juga dituakan). Sambil motong suka cerita orang orang sukses, dekan atau rektor univ A, B C lah yang pernah potong disini dll, selain itu bahas rambut saya yang katanya kurang vitamin, tanda rontok dll (apalagi..). Yang ini tipe menasehati pokoknya.
Akang ketiga nih, tukang cukur favoritku yang hasil potongannya rapi., keren lah. Orangnya kalem, harus sedikit dipancing kalo mau ngobrol. Ngobrolnya yng sederhana sederhana saja, ga pernah bahas politik politikan. Seringnya dia komentar begini " motornya kemana", "ko pake motor jadul (tua) sekarang" atau "motornya ganti", kaya yang punya banyak aja pikir saya.
Akang ini juga sering cerita rumahnya yang berletak di Situ Bagendit Garut, suasana disana dan aktivitas sehari hari kalo lagi libur motong rambut.
Sayangnya sampai saat ini saya belum mengenal nama ketiga tukang cukur rambut ini, padahal sudah sangat akrab. Kebiasaan lama, aku yang kadang ga terlalu suka hal pribadi.
Selain tempat potong rambut, saya juga bisa numpang sholat. Biasanya waktu magrib yang tanggung atau mepet. Akang akangnya juga disiplin waktu sholat, karena off sebentar kalo waktu sholat tiba, mantap. Setidaknya pesan itu yang saya tangkap ketiga saat itu memasuki wakti magrib si akang bilang "kang solat heula tuh diluhur" (kang solat dulu tuh di atas) mengingatkan waktu solat buat saya.


Tulisan ini motivasi buat saya, penghargaan dan kepekaan.
Kesan atau nilai itu kadang terlintas ketika sedang tdk dengan sumbernya.
Berpikir jernih itu kadang terlintas saat suasana sepi menyendiri, duduk diatas selembar kain.

Bima-bima

Bandung, 6 Oktober 2009

Sepiiii....

Pernah merasa sepii..? pasti semua pernah
huh,, sepi perasaan lebih parah dari sepi suasana.

buka email, sms, ym
percuma..


Bandung, 6 Oktober 2009