Pages

Wednesday, April 22, 2009

Kategori Motor Klasik

Kategori Motor Klasik berdasarkan perbincangan di milis Classic Motorcycle (Classic_motorcycle@yahoogroups.com)

Mengutip perbincangan dan pertanyaan yang saya lontarkan di milist mengenai motor klasik di Indonesia yang lengkapnya sebagai berikut :

Ii Sumirat N wrote:

Tanya dikit … bos

Katagori motor yang bisa disebut motor klasik di Indonesia itu motor dari tahun berapa sampai kapan?
Apakah motor pertama keluaran jepang yang masuk Indonesia bisa disebut salah satunya?

Luka Muhamad wrote :

kalo saya gak salah ya mang (CMIIW) dan punten rada cologog ujug2 nerangin.

kategori motor klasik yang dipake beberapa klub itu motor sebelom tahun 80 alias taun 79 kebawah tidak ada batasan kapasitas besaran motor. nah kebawah itu kalo punya yang motor kayu taun 1800an akhir ya bisa masuk motor klasik. untuk motor jepang keluaran pertama asal sebelom taun 80 sudah masuk kategori klasik hanya ada beberapa klub yang membatasi pada produksi negara tertentu untuk bergabung dengan mereka, tapi motor jepang klasik juga jadi salah satu koleksi anggotanya rata-rata.

di milis ini banyak member dengan colorsnya masing-masing juga ada yang soliter alias tanpa klub, karena inti milis ini buat komunikasi sesama penggemar motor klasik. kalo moderator, mangga pak momod buat menjelaskan.

salam dari yang bukan mods tapi suka motor klasik,
luka

made sutawijaya wrote :

hallo bro,
selamat datang di dunia "internet biker" pada bro Dendy Hiawata....bagaimana M20 dan perburuannya? ststst katanya bro ini lagi berburu Knucle :-) ....stststst biar rame. Dan bro Del-ibliz nongol lagi, apa kabar Om? salah satu pendiri milis :-)

sedikit tambahan dari isian AD-ART di HMT tentang motor classic...mungkin bagi teman2 agak rasis, karena yang dikategorikan motor classic disini adalah motor buatan Amerika dan Eropa yang umurnya dibawah tahun 60, jepangan ngak boleh masuk. Alasannya seperti ini:

Konon, once upon a time in HMT life, ada masa motor2 tua buatan Eropa-Amerika harganya jatuh sampai kedasar jurang karena kedatangan motor2 jepang di tahun 60an. Tidak hanya harga jatuh, tapi juga "malu" bawa BSA ngecengin cewek, dijamin sampai lumutan ngak akan ada cewek yang ngelirik, kambing aja ngak mau. Praktis motor2 tua itu ibarat sampah, hanya mulai tahun 90an mulai dihargai harga dan kredibilitasnya. Karena ditahun 85 keatas sudah mulai menjamur club2 hobi. Dan disisi lain ada generasi yang memiliki motor2 tua tidak bisa beli motor jepang, seperti saya ini di tahun 90an :-). Gila dijaman itu, motor tua masih murah banget, HD classic harganya cuman setara dengan Honda Prima! Di tahun 70an, BSA plastik dihargai cuman sekuintal beras. Makanya orang2 yang "tidak bisa beli jepangan" dan "idealis", atau pura2 idealis karena tidak bisa beli Honda 70.....berkumpul membuat club2 motor tua, termasuk saya ini.

Ini cerita sempilan. Waktu tamat SMP akhir tahun 80an, dikasi hadiah landy oleh Ayah, landy tahun 72 eks Unicef seharga 240ribu. Sebenarnya bukan hadiah, karena Ayah saja maniak sama Landy, buat sedikit ngibulin Ibu. Padahal sebelumnya di kelas 2 SMP saya beli sepeda balap dari tabungan seharga 260ribu (hasil nabung 2 tahun). Landy itu akhirnya dijual dengan terpaksa sambil nangis2 untuk biaya kuliah tahun 96an seharga 8,5juta....dapat dipake ongkos ujian akhir, honda grand baru dan komputer baru..... sekarang oleh pemilik landy mau dilego seharga 35juta.....oooo Jesus!

Akhirnya, motor2 tua bisa kembali ke jati dirinya, sekarang frame Setklep aja laku 8juta....ya ngak bro Ananta :-)))..... wong mesin knucle aja ada mau beli 120juta hehehehe....wong rongsokan mesin indiannya ngak bisa kebeli..... wong BSA plastik aja ada yang nyuri seminggu kemarin, ya ngak bro Luka :-)

salam motor tua,
kadek

>>> sebenarnya yang tua itu bukan motornya, tapi kitanya!



Friday, April 17, 2009

Hariring the song

Tidak seperti biasanya pulang minggu kemarin keponakan kecil sedikit murung, kata ibu saya habis dr dokter karena kemarin sempat panas. Tingkah lucunya tetapi tetap terlihat, ketika memalingkan pandangan ke arah saya dia bilang " iii..", memanggilku, dari mulut keponakan yg belum genap 2 tahun dan masih belajar bicara banyak kata.
Tak lama dari itu tingkah manja ke kakeknya seperti hari biasanya.. "ki au au" katanya.. maksudnya mau digendong kemudian ditimang. Kakek tentunya sudah punya jurus ampuh menimang sambil mendendangkan lagu-lagu, yang salah satu syairnya seperti ini:
Hayam ngupuk, ngupuk diburuan
dipacokan, dipacokan kujagona
tiluk ting dum .. tiluk ting dum
plak tuk..
O..o..rongo (sijago berkokok)
kecok.. kecok..kecok (sijago matuk)
meskipun agak lemes kemudian keponakan kecil ku ketawa lucu sambil sesekali menggoyangkan tanganya menirukan ibing jaipong tepak tilu.


Untuk keponakan kecil pertamaku semoga sehat selalu


Bima-bima
Bandung, 21 April 2009


Si Jagur CB 125 ku

Perjalanan panjang mencari sang dambaan akhirnya terobati, pesan di inbox milist ccc from kang agus kj hari itu 27 Maret 09 mengabarkan “kang diantos telepona ku kang asep” (kang ditunggu teleponnya sama kang asep) wah dari nada nadanya ada kabar menggembirakan jigana yeuh (kayanya). Tanpa ditunda lagi setelah beres office hour, dan sampai rumah . . langsung kang asep dikontak.. sms nya gini “…. kang asep kata kang agus kj skr motor teh (tuh) ada yang baru?..” jawabnya gini kurang lebih“..muhun (iya), dilihat aja ke sini..”, kemudian ditambah komunikasi tanya2 lokasi persis, langsung cabut. Dengan ditemani big brother sama 2 little brothers dan charage 81, langsung tancep gas.. wus wush.. bunyi si kuya batok digas (julukan charage 81), kaya legend of cowboy, tapi koboy kampung. Walau badan sedikit meriang dan perut mules ga dirasa, hari itu.

Pandangan pertama awal aku berjumpa… sedikit meniru syair lagunya A Rafiq, saat itu kepada cb 125 tahun 76 aku langsung jatuh hati.. ha ha ha jiga (kaya) sinetron, meskipun pada mulanya saya memburu cb 100 tetapi cb 125 s original salah satu karya Honda tahun 1976 dengan body mulus utuh sesuai usianya bisa membuat berpaling. Perbedaan secara visual cb 100 dg 125 s diantaranya yaitu terletak pada tanki, cb 100 memiliki tangki lebih mungil dan ramping dengan emblem bertuliskan Honda dan lambang khas sayap Honda sedangkan cb 125 hanya emblem tulisan Honda dan sedikit lebih besar. Shock depan cb 100 ditutup dengan selongsong dr besi sedangkan 125 dari karet, cb 100 hanya memiliki speedometer (1) sedangkan cb 125 memiliki speedometer dan pengukur rpm /odometer kalo ga salah istilahnya (2). Kalau secara teknis, cc nya jelas beda cb 100 ya 100 cc dan cb 125 ya 125 cc, hal lainnya serahkan kepada engineer yang menciptakan hasil karya ini.. alesan kurang referensi. Tawar menawar harga saat itu ditemani gerimis hujan belum mencapai kata mufakat. Tetapi di hati dan pikiran tetap terbayang si merah yg warnanya sudah memudar ini. Saat pulang hujan deras dan si kuya batok thn 81 terus digas menembus air,siurrr… seet tiris (dingin).

Berhubung tuntutan tugas atau kuli hari senin, memori si merah kubawa ke Bandung, mulai ga konsen kerja karena rindu semakin menggebu ha ha sinetron deui bagian 2 yeuh.. singkat kata, dengan sedikit komunikasi via handphone jual beli mufakat dan si merah jadi pindah tangan lewat my father (father like son atau kebalik ya) pokok nya sama sama koboy lah... berbeda dengan pandangan pertama sy, si bapa/ my father langsung kenal sama si merah, cek & ricek, jejak kasus, kabar terkini, hingga telusur nih si merah ternyata motor paman bp atau my grandfather alm .. wa wa wah sekarang nambah lagi koboy, pensiunan kodim tilu nol hiji (kodim 301), yg lebaran terakhir sy sempat bertemu. Katanya dr dulu si merah setia mengantar kakek ke kantor dan ke pasar ngangkut parab lauk (pakan ikan)… itu sedikit kenangan si merah dr bpk sy.

Si merah di rumah saya coba starter (kick starter), slah slah..beberapa kali dengan mengumpulkan tenaga dikaki awalnya carbu tua netes basah ke busi slah slah slah jadi susah hidup, slah slah lagi si merah dr knalpotnya keluar bunyi… BLEDAAGG seperti bunyi meriam sijagur yg lama sunyi kembali meledak sambil mengeluarkan asap hitam, sampai sampai si bibi yg biasa nyuci ngabret reuwaseun “kaget”. Dan akhirnya sejak saat itu cb 125 ku kupanggil sijagur.


Bandung, 16 April 2009

Bima-bima