Pages

Sunday, May 30, 2010

Kopdar 1 CCC Bandung

Sekedar pengantar kopdar 1 CCC Bandung

Lokasi pertemuan dipilih di depan gedung sate Bandung, parkiran umum, ongkosnya 2 rb, niatnya biar keliatan Bandungnya tapi kalo kata kang Ramlan biar saya dekat ke lokasi hehe. Yang datang dan sempat bertemu dilokasi ini spt di foto, kang rofi (baju oranye cerah), kang Yadi (jaket hitam kombinasi merah), kang Ramlan (sweeter coklat), sekalian memperkenalkan juga.

Pa Pancha (foto lainya: mengenakan jaket hitam) datang menyusul dan bertemu di RM Bancakan Jl Trunojoyo, saat itu beliau masih saya panggil akang, eh ternyata beliau ini pas nya untuk jajaran Dewan Pembina per cb an. Setelah makan dan beberapa saat ngobrol2 kemudian dilanjutkan bertemu ke Komunitas CB Bandung di depan Gd. Geologi Bandung Jl Diponegoro. Jangan salah ditraktir ngopi juga geratis lagi hehe. Berhubung Komunitas Cb Bandung ada undangan, kopdar CCC pindah lagi ke Ngopi Doeloe, ngopi pait lagi, dilanjutkan ngobrol sampai café nya tutup. Intinya belum ada tempat.

Adapun yang berhalangan hadir dan sempat kontak2: Bro Frino dan Kang Ari Suryadi, yang lainnya maaf belum ada no kontaknya

Ditunggu cerita di kota lainnya


.

__,_._,___

Friday, May 14, 2010

Kaki Gunung Tampomas dan Jagur



".....dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali
dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati......."


Begitulah pagi itu dibuka oleh penggalan lagunya bejudul "Kembang Boled" yang dipopulerkan penyanyi bernama Bungsu Bandung. Masih penyanyi asal daerah itu meski tidak tepat di kaki Gunung Tampomas, Sumedang. Meluncur dari bibir penyanyi lokal ,diiringi kendang penca yang mulai dipukul dan bunyi terompet khas. Untuk pertunjukan salah satu kesenian khas tatar Pasundan, Jawa Barat " Ngadu domba " atau kesenian tangkas domba.

Menonton pertunjukan ini mungkin tidak semuanya suka, karena domba yang diadu membuat sebagian penonton mungkin merasa ngilu, kepala pusing ataupun kasian terhadap dombanya. Namun itulah kesenian tangkas domba yang sebagian besar penggemarnya didominasi oleh kaum pria. Kesenian ini turun temurun dan sekarang semakin variatif. Tidak hanya bagaimana domba diadu tetapi itu hiburan, bagaimana kesenian lainnya juga dapat tampil dan eksis. Apresiasi atau motivasi peternak domba kambing untuk lebih menghasilkan domba domba berkualitas.

Jagur, nama motor sudah duluan diparkir di pinggir arena yang mungkin sebentar lagi penuh penonton. Pa Kuwu Encep dengan pakaian serba hitam memakai topik laken (topi koboy) seperti di Texas sana tampak gagah memimpin ditengah arena sebagai wasit pertandingan, tampak juga Mang Engkus sama memakai pakaian hitam, si wakwak, Asep Beben dan penonton lainnya yang rata berpakaian hitam hitam dengan memakai
totopong (iket kepala) khas sunda. Hari itu, minggu ke tiga setiap bulannya di arena Dasa Grup "Kaki Gunung Tampomas" terlihat ramai dengan hadirnya banyak tamu undangan dari berbagai kota di Jawa Barat.

Arena Dasa Grup (berlokasi di kaki Gunung Tampomas), diambil dari nama salah satu domba milik Haji Abidin, domba yang terkenal gagah pada masanya, dengan tanduk berdiri kokoh, dan memiliki bulu yang bagus kalau sedang tanding tampak sebagai satria (berani). Jangan salah domba bisa memiliki nama nama yang bagus, seperti si pilar, si sinar, jenet, si baranyay, barasat dan lain sebagainya.

Pertunjukan dimulai, kang cece tampil kedepan ngibing (menari) silat mengiringi dombanya yang masuk arena musik pengiring meriah, tak kalah sang lawan dari kota lain menyambut masuk arena sebagai lawan memasukan dombanya, Kuwu Encep sigap memimpin. Kemudian domba diadu 15 hingga 30 hitungan tergantung usia domba dan kelas*. Yang punya akan tampak senang kalau domba diadu serasi, mundur yang panjang kemudian lari maju kencang menerjang dengan gesit, apalagi kalau kaki domba seolah menyusur tanah yang dipijak. Itulah domba unggulan dan akan melambungkan nama domba tersebut, pemiliknya hingga harga jualnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Pemilik tampak senang setelah domba diadu gagah, kemudian setelah itu biasa merequest lagu "Kembang Gadung" salah satunya sambil ngibing penca memperlihatkan jurus jurus ibing, tak kalah gagah dari jagoannya. Diakhiri sawer ke pengiring. Begitulah pertunjukan ini berulang sampai hari menjelang siang.

Jagur pun pergi beranjak dari parkir untuk perunjukan lainnya yang gak kalah menarik... gas pol*** (next story)




Note (*
Kelas kelas domba (biasanya berdasarkan ukuran dan bobot)
A : kelas paling besar dengan berat 60 - 80 kg
B : kelas dibawahnya dengan berat 40 - 59 kg
C : kelas dengan berat 25 - 39 kg
D : kelas dengan berat di bawah 25 kg

Usia domba biasanya ditandai dengan jumlah gigi tanggal berdasarkan urutan usia muda ke tua :
satu kali artinya dua gigi tanggal (peunglak dua)
dua kali artinya empat gigi tanggal (penglak opat)
hingga empat kali artinya delapan gigi tanggal


Bandung, 15 Mei 2010

Friday, May 7, 2010

My Jacket Blue Jeans

Bima Bima, panggil aku itu saja. Orang biasa saja dengan cita cita luar biasa, semoga. Aku berusaha selalu peka. Dan sungguh ingin takutku selalu ada atas peringatan-peringatan Mu.

****
Tiba tiba handphone yang disimpan di saku jaket ku bergetar dan berbunyi, isinya pesan singkat dari dia di sana, Dia, gadis muda usia 20 an, kulitnya putih dan mulus, rambutnya panjang lurus dicat warna coklat kemerahan atau sebaliknya, bibirnya tipis, kalau tersenyum renyah, giginya kalau terlihat rapi berbaris seperti biji jagung. isi pesannya begini "aa hari ini ketemuannya jadi ya, ditunggu, JANGAN TELAT".

Gak salah juga pesannnya diberi kata kapital huruf besar atau penegasan yang memang saat saat itu hampir biasanya pekerjaanku di kantor selalu repot dibuat lebih banyak menghabiskan waktu. Tapi untuk hari ini kubuat secepat mungkin pekerjaanku. Mandi dan langsung berangkat.

Waktu Magrib tak terelakan ditengah perjalanan ke kota nya, kupelankan sedikit laju mesin berharap ada langgar atau mesjid di samping jalan. Akhirnya kutemukan yang tak jauh lagi tiba di kota itu. Mushola kecil milik pom bensin disekitar situ. Kulipat beberapa kali lengan jaketku dan celana jeans kemudian ambil wudhu. Selesai sudah, terus sms, "aa sudah sampai di depan sekarang". Gerbang menuju rumahmu yang sebelumnya aku pernah tersesat.

Tak begitu lama dia datang, berseri seri, manja, pakainnya trend masa kini, gak tau aku apa namanya. Atasannya warna cerah (kuning), bawahan jeans hitam yang pas, ketat, sehingga tampak pinggang yang langsing. Semua tampak serasi bagi dia, sungguh apapun tampak serasi. Kemudian aku lihat aku, hanya memakain jacket blue jeans, sudah beberapa kali dipakai, warna pudarnya pun semakin banyak. " hari ini nonton aja ya a " katanya.

Depan bioskop itu (hall) setelah pesan dua tiket masuk film berjudul " This is it" agak kurang yakin. Film baru yang menceritakan persiapan konser Jacko yang saat itu menjadi top news beberapa media karena sang legenda pop telah menghembuskan napas terakhirnya.

Dia duduk duduk santai santai menunggu pintu teater dibuka dan aku sengaja pamit ke toilet yang sebenarnya hanya ingin meninggalkannya duduk sendiri kemudian kuperhatikan dari jauh. Sedikit berlama lama. Aku coba berpikir, dia sedang memikirkan apa, dia sedang tertarik apa, dia sedang memperhatikan apa, dan dia bosen engga dibiarkan duduk sendiri. Hal yang mungkin sia sia, aku.

" aa cepetan sudah mulai tuh, kenapa berdiri disana terus ga duduk sama ade" panggilnya dan menyadarkanku. Menghampirinya dan kemudian berjalan menuju pintu teater, gelap. Aku.

Cerita film saat itu ternyata tidak membuat dia begitu senang, dia lebih banyak bercerita pelan, aku menyimak lebih banyak dan berpikir, memperhatikannya.

Kini aku lama tidak bertemu, menemuinya dan lebih banyak duduk, atau disibukan rutinitas konstan. Duduk disini, yang kadang berpikir, semoga kamu mendapatkan yang terbaik. Walau sungguh feeling Blue. Mohon maaf ya De.


Bandung, 8 Mei 2010