Pages

Monday, November 29, 2010

Langit kampungku

08.30. 22 Nov 2010

Langit kampungku
Biru dengan awan awan putih menggantung. Burung burung kapinis sudah aktif beterbangan tanpa lelah. Menyambut pagi, petani dan warga kampungku.
Petani musiman bisa dikatakan begitu. Musim hujan bertani dan ketika kemarau berdagang ke kota.
Berkah tahun ini, hujan turun sepanjang tahun, lahan yang biasanya dua kali ditanam padi dan sekali "gamblung" (dibiarkan tanpa ditanami), kini tiga kali mendapatkan panen.
Pagi ini di bawah langit dengan awan awan putih menggantung tadi, sebagian bergegas menjemur palawija di halaman halaman yang masih luas, ukurannya kira kira sepertiga lapangan sepakbola. Ditempat lain, cerita lahan-lahan tadi. Kini juga nampak sibuk. Tangan tangan kekar, perkasa, sehat, kuat mengayunkan cangkul, mengendalikan traktor, membabat rumput, menyemai benih. Begitu.
Aktivitas ini berlangsung hingga menjelang dzuhur (kira-kira jam 12 siang, tak begitu tetap).
Masih di bawah langit biru dengan awan-awan yang tadi lagi. Berbahagialah pemilik tubuh2 sehat, dengan lebih banyak waktu bercengkrama dengan alam. Tanpa AC (air conditioner) dan monitor.
"Kita friend kan" katanya. Ah saya mau lebih hehe.

(Waktu cuti kemarin)
Salam
Bima bima

Wednesday, September 29, 2010

Kampus Baranangsiang Situs Sejarah!

Kampus Baranangsiang Situs Sejarah!

PERNAH bermukim di Universitas Goettingen? Di Bogor banyak dosen bergelar pascasarjana S-2 bahkan S-3 dari Kampus itu yang sudah sangat tua. Salah seorang tokoh terkenalnya adalah Carl Friedrich Gauss yang gambarnya ditampilkan di lembar uang DM 10. Di sebelahnya ada kurva sebaran normal, di belakangnya ada gambar Departemen Matematikanya. Kampus tua yang ada di dalam kota dan dekat dengan pasar masih tetap terpelihara walaupun di luar kota itu sudah didirikan juga kampus baru untuk berbagai kegiatan akademik.

Perpustakaan tua kampus merangkap perpustakaan kota dan pustakawan terkenalnya di zaman dahulu adalah dua bersaudara Grimm. Rumah kos berbagai tokoh terkenal di dalam kota tua juga masih terpelihara dan diberi plakat: "Di sini pernah tinggal Carl Friedrich Gauss dan di sana Weber".

Di ujung kota terdapat pekuburan dan kalau mau kita dapat meziarahi makam Carl Friedrich Gauss dan tokoh-tokoh ilmuwam Goettingen terkenal lainnya.

Di pasar ada patung seorang gadis peternak angsa memegang seekor angsa. Setiap doktor lulusan Goettingen sudah pernah mencium patung Ganzeliesl itu karena menurut tradisi ia harus melakukannya segera setelah ia lulus ujian mempertahankan disertasi. Ia akan diarak kawan-kawannya ke sana dan kemudian dibawa masuk ke Ratskeller untuk minum-minum merayakan kemenangannya. Itulah dia napas akademik suatu universitas. Di satu pihak menerobos ke masa depan untuk menemukan hal-hal yang baru, di pihak lain bertahan pada tradisi akademik universitasnya yang merupakan hukum adat. Hukum adat itu baru terkodifikasi setelah pada tahun 1945 Hitler kalah, semua universitas di Jerman dipaksa untuk menyusun statuta mereka masing-masing oleh tentara pendudukan Sekutu.

SEKARANG kita tinjau distrik 19 Viena, ibu kota Austria yang menjadi tapak Universitas Viena. Tetapi, yang akan kita perhatikan adalah sebuah gimnasium yang terletak pada Gymnasiumstrasse. Gedungnya kuno dan ada di antara berbagai gedung modern.

Di dinding gerbang masuknya terdapat suatu plaket bertuliskan: "Sekolah ini sudah menghasilkan dua pemenang hadiah Nobel." Saya lupa siapa mereka, tetapi itu mudah dilacak karena satu adalah pemenang Nobel untuk Fisika dan yang lain pemenang hadiah Nobel untuk Kimia.

Setelah itu mari kita ke Bogor dan menyimak kampus tua Institut Pertanian Bogor yang mulai dibangun pada tahun 1952. Batu pertamanya diletakkan oleh Presiden pertama Republik kita pada tanggal 27 April 1952. Pidato peletakan batu pertama itu berjudul "Soal Hidup atau Mati".

Penyusun skenario pidato itu adalah Wakil Presiden Universitas Indonesia, Mas Wisaksono Wirjodihardjo, lulusan Sekolah Pertanian Menengah (Cultuur School) yang karena pintarnya boleh meneruskan ke Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middelbare Landbouw School) Bogor dan yang karena pintarnya lagi boleh meneruskan ke Sekolah Gula di Yogyakarta.

Lulus dari sekolah ini beliau bekerja di Balai Penelitian Tanah Bogor sebagai analis kimia, tetapi karena pintarnya lagi betapa terkejut orang Belanda yang membolehkannya masuk, menjadi ahli kimia kesuburan tanah yang andal walaupun sesungguhnya mereka tidak ingin ada orang Indonesia bisa menjadi ahli kimia kesuburan tanah.

Pidato soal hidup atau mati Bung Karno itu bercerita tentang masalah besar yang kita hadapi di masa depan (ditinjau dari segi tahun 1952) dan yang ternyata memang sekarang menjadi kenyataan. Pidato itu saya kira diarsipkan dalam Lembaran Negara tahun 1952 dan kalau saja semua mahasiswa pertanian dan teknik diwajibkan membaca tulisan itu, Sarjana-sarjana teknik sipil akan pikir-pikir mengonversi sawah kelas satu menjadi padang golf. Demikian pula sarjana pertanian akan merasa berdosa ketika setiap akhir minggu main golf di padang golf yang tadinya adalah sawah kelas satu.

Ketika Bung Karno angkat pidato meletakkan batu pertama kampus Fakultas Pertanian itu saya sedang sibuk di rumah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir ilmu bercocok tanam padi SPMA Bogor. Karena itu, tidak saya dengarkan pidato itu. Betapa terkejutnya saya keesokan harinya di ruang ujian ketika saya lihat bahwa semua soal jawabannya ada di dalam pidato Bung Karno itu.

Gedung Fakultas Pertanian itu adalah hasil rancangan konsorsium arsitek Belanda karena mendapat nilai sayembara yang tertinggi. Konsepnya adalah membuat gedung raksasa yang membuat orang terpesona. Sesungguhnya ada rancangan lain yang lebih baik, namun karena ia bukan kelahiran Zaandam, melainkan Porsea di tepi danau Toba, ia terpaksa dikalahkan.

Bagaimana mungkin seorang aristek berkulit coklat lulusan STM (MTS) ditambah satu tahun kuliah di Akademie der Beeldende Kunsten Amsterdam dapat mengalahkan pemikiran konsorsium aristek bule yang berasal dari Zaandam, Volendam, dan mungkin lagi Schiedam.

Namun, kenyataannya kalau Silaban-lah yang rancangannya dimenangkan, di Baranangsiang telah berdiri gedung-gedung fakultas itu bukan dalam bentuk masif, melainkan dalam bentuk permainan lego sehingga pembangunannya dapat dilakukan bertahap. Inilah juga sebabnya mengapa kampus Darmaga dibangun dengan prinsip permainan lego.

Jadi di Baranangsiang akhirnya didirikan Gedung Fakultas Pertanian yang hanya selesai dua per lima dari rancangan lengkapnya. Yang tidak terlaksana di antaranya ialah Aula dan Kolam Renang ukuran internasional.

BAHWA batu pertama diletakkan Bung Karno, itu dapat dibaca pada prasasti di bawah tangga masuk ke ruang pimpinan. Di bawah prasasti itu ada celah aerasi agar udara dapat bersirkulasi ke dalam ruang di balik prasasti marmer itu, karena di dalamnya disimpan suatu naskah yang ditulis di atas perkamen dan ditandatangani oleh Dr Ir Soekarno!

Kalau begitu caranya, gedung Baranangsiang itu sudah pantas diperlakukan sebagai situs sejarah, seperti juga yang bertetangga dengannya seharusnya dikonservasi karena arsitekturnya yang khas.

Sekarang gedung-gedung itu sudah menjadi outlet. Seperti juga Bandung yang tadinya dijuluki "Parijs van Java" telah berubah menjadi Kampung Outlet, Bogor, juga sedang menuju kehancuran sebagai kota pelajar. Yang penting adalah menanjakkan pendapatan asli daerah.

Celakanya Institut Pertanian Bogor sebagai Badan Hukum Milik Negara harus berpikir bisnis. Semua aset harus dimanfaatkan dari segi pengadaan dana. Setelah asrama Ekalokasari diubah menjadi pertokoan, apakah akan terjadi malapetaka kedua dengan berubahnya situs bersejarah Baranangsiang menjadi Pusat Perdagangan Internasional?

Kalau hal ini terjadi selain kita menghilangkan jejak sejarah, kita juga menghilangkan kesempatan bagi beribu-ribu pemuda Indonesia untuk mendapatkan pendidikan sains dan matematika yang baik. Tidak perlu di Darmaga. Cukup di situs bersejarah Baranangsiang, Gunung Gede, dan Taman Kencana kita dirikan USTB (Universitas Sains dan Teknologi Bogor) kalau IPB tidak mampu memelihara situs bersejarah itu untuk tetap menjadi pusat pendidikan yang erat hubungannya dengan alam sehingga didirikan berseberangan dengan Kebun Raya Indonesia.

Oleh Andi Hakim Nasoetion Guru Besar IPB.
Tags: Kampus, Situs Sejarah, Bogor, Kota Tua, Bung Karno, Barangnangsiang, Dermaga, IPB

Sumber: Harian Kompas, Sabtu, 2 Februari 2002.

Friday, September 17, 2010

Gara gara ikut gladik resik wisuda

 

Menunggu hujan reda menjelang magrib

 

Gara gara ikut gladik resik wisuda saya beli batik, seingat saya batik pertama yang saya pakai, akhir tahun 2005.  Sebelum sebelumnya belum pernah memakai batik, jadi otomatis gak punya baju batik satu pun.  Saat itu memakai batik menurut saya aneh saja bagi anak anak muda, jadi bukan anti bantik seperti kisah Mbah Jaya Perkasa yang cadu (anti) pakai batik bahkan bertemu orang yang memakai batik sekalipun, hingga untuk mengunjungi makamnya saja dilarang kita mengenakan batik.  Lagian saya kan hidup jamannya millennium dan tidak ada latar belakang seperti kisah Mbah Jaya Perkasa berperang (kisah perseteruaan antara kerajaan Sumedanglarang dengan Cirebon dengan latar belakang Putri Harisbaya).

 

Baju batik pertama dan lama juga pertama mendadak dibeli di toko yang ada di daerah Merdeka Bogor, ukurannya pun kebesaran, tetapi untuk dipakai sehari gak apa apa lah.  Saya saat itu tidak sampai menanyakan kenapa gladi resik wisuda harus memakai batik. Apakah pakemnya sudah begitu.  Apakah kalau tidak memamai batik akan dihukum atau lain sebagainya. Jadi dari pada repot repot berpikir merubah pakem dan merusak tradisi ritualnya prosesi gladi resik wisuda yang sekedar sesi yang masih kuingatnya (menempel di memori) hanya foto foto, lebih baik saya terpaksa beli batik, duitnya minta ortu.

 

Nah akhirnya batik pertama saya miliki dan sekali kalinya dalam jangka waktu yang lama pula gak pernah dipakai pakai lagi.  Sekarang tinggal sepatunya, karena tidak pas kalau atasan pakai batik masa sepatunya model cats (?), seingat saya sejak tingat taman kanak kanak sekalipun saya belum pernah mengenakan sepatu resmi model pentopel, dan untuk ukuran mendadak membeli sepatu model begini bukan harga yang murah.  Akhirnya untuk sepatunya saya putuskan meminjam, masih ingat sepatu yang saya pinjam miliknya teman sekamar ngekost yang kebetulan sudah duluan wisuda, kaka kelas Jurusan Kehutanan. Merek sepatunya masih ingat, lumayan terkenal yaitu Yongki Kamanadeui (diplesetin) nomor nya 1 nomor lebih besar dari ukuran sepatu yang biasa saya pakai, sedikit longgar, tapi gak apa apa lah. 

 

Jadi lengkap sudah atribut saya untuk mengikuti gladi resik wisuda saat itu, satu diantara ribuan wisudawan dan wisudawati dengan kisah batik dan sepatunya masing-masing.  To Mbah Jaya Perkasa patih kerarajaan sunda terakhir seandainya saya keturunanmu izinkan saya memakai batik, sejak saat itu hingga kini, tetapi tidak jika ketika suatu saat nanti saya ziarah ke pusaramu.

 

Salam hangat.

 

Bandung, 17 September 2010

 

 

 

Lamsijan Jumaahan

 

Kacaturkeun Lamsijan ngilu jumaahan jadi salah sahiji jamaah masjid. Tos biasa di ungal masjid lamun imam keur naek mimbar khotbah sok aya kencleng muter.  Harita oge di Masjid tempatna Lamsijan jumaahan kitu.  Gancangna wae, kencleng muterna geus deukeut ka manehna, terus lamsijan ngodokan saku niat rek ngasupan kencleng milihan duit pangleutikna anu pecahan sarebu salambar. 

Palebah kencleng geus hareupeun, salah saurang jamaah anu persis ditukangeun manehna noelan bari ngasong ngasong duit saratus rebu salambar.  Ditampanan we ku manehna bari terus diasupkeun kanu kencleng, “Ieu jelema meni gojeh arek ngasupan kencleng saratus rebu wae oge teu sabaran meni noelan, tungguan we da engke oge kenclengna muter”, si Lamsijan gegerentes jero hatena.  Duit sarebuna oge sup weh deuih. 

Tapi teu kungsi lila eta jelema nu tadi noel geus noel deui, ayeunamah bari ngaharewos kieu “artos akang saratus rebu tadi nuju ngodok saku murag”. 

Si Lamsijan ngabelengep bari terus mencrong kencleng nu muter…

hehe

 

 

Thursday, September 16, 2010

Mudik dan jalan jalan lebaran dengan motor CB

Foto 1 di bawah ini diambil dari Koran Pikiran Rakyat pada rubrik foto foto (halaman tengah) tanggalnya lupa yg jelas beberapa hari menjelang hari H, kebetulan yang menjadi objek foto adalah pemudik menggunakan motor dan kebetulan juga motornya CB 100 Gelatik. Foto ini berjudul “Menembus Hujan”. Nampak Bapak paruh baya berboncengan dengan bawaan tas yang penuh. Walau kondisinya hujan pengendara dan motornya tampak segar dan gagah.

Salut..

Foto 2 di bawah saat jalan jalan di kota kelahiran Smd dengan motor cb, walaupun suasana lebaran (H+2) jalan tetap tampak lengang.

Kepadatan hanya sedikit di Bunderan kondisinya padat merayap. Inilah yang namanya jembatan Cipeles jalur yang menuju ke arah Wado, kemudian Malangbong Garut (Jalur Selatan) dan seterusnya, jalur ini biasa digunakan atau dijadikan alternative menghindari kemacetan di Nagrek Garut. Kondisi jalannya berkelok kelok naik turun mengikuti kontur wilayah itu yang berbukit*** 6363CC

Saturday, September 4, 2010

Tikus kota matinya tergilas

Menulis sesuatu yang sepertinya tidak penting dibicarakan, apalagi dibandingkan dengan isu isu yang pelik setiap harinya yang memenuhi media masa. Seperti kasus pencabulan, korupsi, pelanggaran batas negara, kartu ucapan lebaran gubernur se milyar dan lain sebagainya. Ruang publik dipenuhi siaran muram. Oh tidak..
Langsung saja ke judul tikus kota matinya tergilas, memang benar begitu kenyataanya. Coba perhatikan beberapa kasus yang membuat matinya tikus tikus kota, lebih banyak diakibatkan tergilas kendaraan motor atau mobil bahkan ban tukang beca daripada dimangsa predatornya. Ini penyebab, ingat bukan yang menentukan kematian karena kalau soal menentukan tikus juga memiliki hak hidup dan mati dari sang pencipta.
Nah kenapa coba begitu ?, tentu jawabannya tidak terlalu memerlukan pemikiran yang pelik apalagi mengkait kaitkan begitu banyak teori, seperti latar belakang terbunuh, motif terbunuh atau alasan ekonomi terbunuh itu gak penting. Jadi jawabannya ya takdir, takdirmu tikus tak punya musuh/predator yang kau takuti seperti ular cobra yang bebisa, ular sanca yang besar dan kuat, burung hantu yang matanya silau. Bahkan musuh abadimu si Tom (kucing) yang ngetrend karena tanyangan film kartun barat Tom and Jerry* (kisah film kartun antara Tom adalah kucing dan Jerry adalah tikus yang selalu kejar kejaran) tak berlaku. Sungguh kucing sudah kehilangan selera menangkap dan memakanmu karena kucing kini telah sangat sangat memahami masalah HAM dan kemanusiaan.
Oh iya, tidak lupa tentunya saya juga tidak berselera juga membunuhmu, ya selain karena sekarang kamu tak malu malu lagi menampakan diri dibandingkan bersembunyi di lubang kubang got juga karena kasus kasus terakhir itu loh, dagingmu kini tak laku lagi dijadikan bahan baku pembuatan bakso. Ini akibat pencari berita berita itu, jangan salahkan saya.
Kesimpulannya, jadi semakin menguatkan judul bahwa tikus kota matinya banyak diakibatkan tergilas selain terkena stroke. Jadi sarannya berhati hatilah menyebrang jalan dan jangan lupa gunakan helm SNI kalau naik motor.

Salam KPK (kok pusing kieu)

Bandung, 4 September 2010

Wednesday, July 28, 2010

Ibu

Ibu saya masih bertanya seperti saya berusia 7 tahun
Pertanyaan pertanyaan mendasar dan khawatir

Sekarang bertambah satu pertanyaan walau tak sering
" kabogoh anu geulis tur soleh teh tos kenging ?"

Semoga ibu sehat selalu

Tuesday, July 13, 2010

Si Kumbang tak jadi talak 3

Si Kumbang tak jadi talak 3

 

Mau cerita sedikit ririungan (kumpul kumpul) kecil, obrolan malam minggu kemarin,.

Berhubung saya agak sukar mencerna obrolan2 kalo sudah menyangkut hal permesinan, jadi mau cerita sedikit mengenai si kumbang saja.

Namanya si kumbang, seperti serangga yang biasanya sering diidentikan dengan pria/laki laki yang suka mencari bunga bunga (baca: gadis) di taman, tapi si kumbang yang saya ceritakan ini entah ada hubungannya atau tidak, belum sempat tergali dalam sampai kesana.  Yang jelas si kumbang yang ini adalah motor C70, kalau di tempat saya trend namanya bekjul alias bebek tujuhpuluh, namun usut punya usut si kumbang yang berwarna hitam  ini kenyataannya Honda Legenda thn 2003 (?).  pengakuan didapat ketika sikumbang dikejar kejar aparat karena menyalip di jalanan ibukota, dan konon sikumbang bisa lari hingga kecepatan 90 Km/jam, si aparat awalnya geleng geleng namun akhirnya bisa menghentikan paksa si kumbang, namun tak jadi menilang tetapi malah minta referensi tempat rombakan motor seperti si kumbang..

Si kumbang bukan motor yang dimanja manja, dilap sering tetapi jarang dipake, justru sebaliknya sering dipakai kerja tetapi jarang dilap, kerjanya pun berat.  Sikumbang sering dipaksa mengangkut bawaan yang melebihi kapasitas normal, bawaan segede Gunung Tampomas pun dia sanggup membawanya. 

Walau demikian sikumbang bukan juga motor yang cengeng, dikit dikit mejus atau mogokan.  Sekalinya ban bocor pun tinggal lirik kanan dan kiri selalu pas dengan tukang tambal, tak pernah merepotkan.  Si kumbang juga yang pernah mengantar perjalanan jauh hingga ke kota Yogyakarta dan Bandar Lampung dll, wah pokoknya telah banyak sekali jasa jasa si kumbang.

Namun pada kenyataannya akhirnya si kumbang pun niat akan dijual, dengan uang tawaran yang tinggi sehingga uang hasilnya pun bisa dibelikan motor baru lagi.  Singkat cerita sikumbang esok hari akan dijual, namun sebelumnya diajak bekerja seperti biasanya, gak tau kenapa menjelang pulang tiba tiba yang punya mengajak ngobrol sikumbang seolah olah dia bisa bicara, “ hey kumbang besok kamu akan ada yang beli, kmu mau saya jual kumbang” sikumbang yg bicara sama sama diperankan yang punya seolah olah menjawab “ iya” . 

Dari obrolan antar dua pribadi ini (orang dg motor) kenapa tiba tiba yang punya merasa sangat sedih untuk berpisah, untuk meninggalkan kenangan dan jasa jasa, dan akhirnya pun ditutup dengan kata kata sambil berlinang air mata “kumbang tak tega aku menjualmu, jual belinya dibatalkan saja

Dan setibanya di rumah sikumbang dicuci, sampai ban nya pun bersih dari tanah, terus dipandangi dan ngomong ke sang istri “mamah coba lihat sikumbang, cakep kan?” sang istri pun merespon “ !!?? “ mesem.

 

Bagi pemilik si kumbang mohon izin menceritakan kisah ini, kalau ada kesalahan krn kesalahan penulis

 

Salam

 

Bima bima

Ka kolot kudu hormat, ulah poho ka purwadaksina

Monday, June 14, 2010

Remaja oh gadis racing

Hahay tangan ini menjadi kaku untuk menulis dan otak juga menjadi beku membuat kata kata yang sesuai dengan ejaan dan sedikit runut. Okey okey satu paragraph sajalah, menceritakan pandangan mata yang terus menempel di kepala akhir akhir ini.

Tampak oleh pandangan mata, Gadis masih muda usia belasan dengan seragam putih biru, berdiri didepan gerbang sekolah yang tampak mewah, tinggi, begitu juga pagar nya yang terbuat dari besi tinggi juga. Seperti rata rata/biasanya sekolah sekolah kota dibuat dengan gerbang dan pagar tinggi tinggi, mungkinkah terlalu banyak siswa yang bolos dan datang kesiangan, mungkin ya, karena sepertinya gak mungkin kan ada kambing masuk dan berkeliaran. Ngawur. Lanjut kecerita, gadis muda tampak mengobrol asik dengan teman perempuannya, waktu menunjukan jam dimana saatnya bubaran proses belajar mengajar, istilahnya padahal belajar sebenarnya tidak mengenal ruang dan waktu, teorinya. Oh ternyata kedua gadis itu menunggu teman laki lakinya masing-masing menjemput, bukan teman sekelasnya tampaknya, tak berani kukatakan pacarnya, kedua anak gadisnya saja masih SMP kok. Akhirnya kedua laki laki yang ditunggu tiba dengan sepeda motor masing masing, sejenak tampak bercerita sebelum kedunya naik, kedua laki-laki ini tidak membawa helm kecuali yang dia kenakan, mungkin lupa. Tetapi terkadang laki-laki membonceng perempuannya, temannya atau kekasihnya tanpa membawakan helm, nah loh. Tetapi kedua gadis belia ini tampak riang saja kok, rambutnya yg hitam tampak indah tersibak angin, dan malahan dengan sengaja dimainkan supaya tersibak sibak oleh angin, begitulah tampak sepanjang jalan sambil bercanda canda dan sesekali tertawa sampai akhirnya luput dari pandangan mata. Untuk saat itu aku yang duduk di bangku belakang angkutan umum.

***

Sunday, May 30, 2010

Kopdar 1 CCC Bandung

Sekedar pengantar kopdar 1 CCC Bandung

Lokasi pertemuan dipilih di depan gedung sate Bandung, parkiran umum, ongkosnya 2 rb, niatnya biar keliatan Bandungnya tapi kalo kata kang Ramlan biar saya dekat ke lokasi hehe. Yang datang dan sempat bertemu dilokasi ini spt di foto, kang rofi (baju oranye cerah), kang Yadi (jaket hitam kombinasi merah), kang Ramlan (sweeter coklat), sekalian memperkenalkan juga.

Pa Pancha (foto lainya: mengenakan jaket hitam) datang menyusul dan bertemu di RM Bancakan Jl Trunojoyo, saat itu beliau masih saya panggil akang, eh ternyata beliau ini pas nya untuk jajaran Dewan Pembina per cb an. Setelah makan dan beberapa saat ngobrol2 kemudian dilanjutkan bertemu ke Komunitas CB Bandung di depan Gd. Geologi Bandung Jl Diponegoro. Jangan salah ditraktir ngopi juga geratis lagi hehe. Berhubung Komunitas Cb Bandung ada undangan, kopdar CCC pindah lagi ke Ngopi Doeloe, ngopi pait lagi, dilanjutkan ngobrol sampai café nya tutup. Intinya belum ada tempat.

Adapun yang berhalangan hadir dan sempat kontak2: Bro Frino dan Kang Ari Suryadi, yang lainnya maaf belum ada no kontaknya

Ditunggu cerita di kota lainnya


.

__,_._,___

Friday, May 14, 2010

Kaki Gunung Tampomas dan Jagur



".....dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali
dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati......."


Begitulah pagi itu dibuka oleh penggalan lagunya bejudul "Kembang Boled" yang dipopulerkan penyanyi bernama Bungsu Bandung. Masih penyanyi asal daerah itu meski tidak tepat di kaki Gunung Tampomas, Sumedang. Meluncur dari bibir penyanyi lokal ,diiringi kendang penca yang mulai dipukul dan bunyi terompet khas. Untuk pertunjukan salah satu kesenian khas tatar Pasundan, Jawa Barat " Ngadu domba " atau kesenian tangkas domba.

Menonton pertunjukan ini mungkin tidak semuanya suka, karena domba yang diadu membuat sebagian penonton mungkin merasa ngilu, kepala pusing ataupun kasian terhadap dombanya. Namun itulah kesenian tangkas domba yang sebagian besar penggemarnya didominasi oleh kaum pria. Kesenian ini turun temurun dan sekarang semakin variatif. Tidak hanya bagaimana domba diadu tetapi itu hiburan, bagaimana kesenian lainnya juga dapat tampil dan eksis. Apresiasi atau motivasi peternak domba kambing untuk lebih menghasilkan domba domba berkualitas.

Jagur, nama motor sudah duluan diparkir di pinggir arena yang mungkin sebentar lagi penuh penonton. Pa Kuwu Encep dengan pakaian serba hitam memakai topik laken (topi koboy) seperti di Texas sana tampak gagah memimpin ditengah arena sebagai wasit pertandingan, tampak juga Mang Engkus sama memakai pakaian hitam, si wakwak, Asep Beben dan penonton lainnya yang rata berpakaian hitam hitam dengan memakai
totopong (iket kepala) khas sunda. Hari itu, minggu ke tiga setiap bulannya di arena Dasa Grup "Kaki Gunung Tampomas" terlihat ramai dengan hadirnya banyak tamu undangan dari berbagai kota di Jawa Barat.

Arena Dasa Grup (berlokasi di kaki Gunung Tampomas), diambil dari nama salah satu domba milik Haji Abidin, domba yang terkenal gagah pada masanya, dengan tanduk berdiri kokoh, dan memiliki bulu yang bagus kalau sedang tanding tampak sebagai satria (berani). Jangan salah domba bisa memiliki nama nama yang bagus, seperti si pilar, si sinar, jenet, si baranyay, barasat dan lain sebagainya.

Pertunjukan dimulai, kang cece tampil kedepan ngibing (menari) silat mengiringi dombanya yang masuk arena musik pengiring meriah, tak kalah sang lawan dari kota lain menyambut masuk arena sebagai lawan memasukan dombanya, Kuwu Encep sigap memimpin. Kemudian domba diadu 15 hingga 30 hitungan tergantung usia domba dan kelas*. Yang punya akan tampak senang kalau domba diadu serasi, mundur yang panjang kemudian lari maju kencang menerjang dengan gesit, apalagi kalau kaki domba seolah menyusur tanah yang dipijak. Itulah domba unggulan dan akan melambungkan nama domba tersebut, pemiliknya hingga harga jualnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Pemilik tampak senang setelah domba diadu gagah, kemudian setelah itu biasa merequest lagu "Kembang Gadung" salah satunya sambil ngibing penca memperlihatkan jurus jurus ibing, tak kalah gagah dari jagoannya. Diakhiri sawer ke pengiring. Begitulah pertunjukan ini berulang sampai hari menjelang siang.

Jagur pun pergi beranjak dari parkir untuk perunjukan lainnya yang gak kalah menarik... gas pol*** (next story)




Note (*
Kelas kelas domba (biasanya berdasarkan ukuran dan bobot)
A : kelas paling besar dengan berat 60 - 80 kg
B : kelas dibawahnya dengan berat 40 - 59 kg
C : kelas dengan berat 25 - 39 kg
D : kelas dengan berat di bawah 25 kg

Usia domba biasanya ditandai dengan jumlah gigi tanggal berdasarkan urutan usia muda ke tua :
satu kali artinya dua gigi tanggal (peunglak dua)
dua kali artinya empat gigi tanggal (penglak opat)
hingga empat kali artinya delapan gigi tanggal


Bandung, 15 Mei 2010

Friday, May 7, 2010

My Jacket Blue Jeans

Bima Bima, panggil aku itu saja. Orang biasa saja dengan cita cita luar biasa, semoga. Aku berusaha selalu peka. Dan sungguh ingin takutku selalu ada atas peringatan-peringatan Mu.

****
Tiba tiba handphone yang disimpan di saku jaket ku bergetar dan berbunyi, isinya pesan singkat dari dia di sana, Dia, gadis muda usia 20 an, kulitnya putih dan mulus, rambutnya panjang lurus dicat warna coklat kemerahan atau sebaliknya, bibirnya tipis, kalau tersenyum renyah, giginya kalau terlihat rapi berbaris seperti biji jagung. isi pesannya begini "aa hari ini ketemuannya jadi ya, ditunggu, JANGAN TELAT".

Gak salah juga pesannnya diberi kata kapital huruf besar atau penegasan yang memang saat saat itu hampir biasanya pekerjaanku di kantor selalu repot dibuat lebih banyak menghabiskan waktu. Tapi untuk hari ini kubuat secepat mungkin pekerjaanku. Mandi dan langsung berangkat.

Waktu Magrib tak terelakan ditengah perjalanan ke kota nya, kupelankan sedikit laju mesin berharap ada langgar atau mesjid di samping jalan. Akhirnya kutemukan yang tak jauh lagi tiba di kota itu. Mushola kecil milik pom bensin disekitar situ. Kulipat beberapa kali lengan jaketku dan celana jeans kemudian ambil wudhu. Selesai sudah, terus sms, "aa sudah sampai di depan sekarang". Gerbang menuju rumahmu yang sebelumnya aku pernah tersesat.

Tak begitu lama dia datang, berseri seri, manja, pakainnya trend masa kini, gak tau aku apa namanya. Atasannya warna cerah (kuning), bawahan jeans hitam yang pas, ketat, sehingga tampak pinggang yang langsing. Semua tampak serasi bagi dia, sungguh apapun tampak serasi. Kemudian aku lihat aku, hanya memakain jacket blue jeans, sudah beberapa kali dipakai, warna pudarnya pun semakin banyak. " hari ini nonton aja ya a " katanya.

Depan bioskop itu (hall) setelah pesan dua tiket masuk film berjudul " This is it" agak kurang yakin. Film baru yang menceritakan persiapan konser Jacko yang saat itu menjadi top news beberapa media karena sang legenda pop telah menghembuskan napas terakhirnya.

Dia duduk duduk santai santai menunggu pintu teater dibuka dan aku sengaja pamit ke toilet yang sebenarnya hanya ingin meninggalkannya duduk sendiri kemudian kuperhatikan dari jauh. Sedikit berlama lama. Aku coba berpikir, dia sedang memikirkan apa, dia sedang tertarik apa, dia sedang memperhatikan apa, dan dia bosen engga dibiarkan duduk sendiri. Hal yang mungkin sia sia, aku.

" aa cepetan sudah mulai tuh, kenapa berdiri disana terus ga duduk sama ade" panggilnya dan menyadarkanku. Menghampirinya dan kemudian berjalan menuju pintu teater, gelap. Aku.

Cerita film saat itu ternyata tidak membuat dia begitu senang, dia lebih banyak bercerita pelan, aku menyimak lebih banyak dan berpikir, memperhatikannya.

Kini aku lama tidak bertemu, menemuinya dan lebih banyak duduk, atau disibukan rutinitas konstan. Duduk disini, yang kadang berpikir, semoga kamu mendapatkan yang terbaik. Walau sungguh feeling Blue. Mohon maaf ya De.


Bandung, 8 Mei 2010

Friday, April 9, 2010

Hujan sejak perbatasan

Hujan sejak perbatasan

Awalnya rintik rintik,

Hujan seperti ini membuat siapa saja enggan membuka payung atau mengenakan jas, terlalu ribet/repot rasanya.

Begitupula aku yang gak mau repot repot, untuk sekedar minggir sejenak membuka jas yang terselip di jok.

Memang suasana senang atau semangat bisa mengalahkan segalanya,

bahkan angin yang dingin berhembus ke muka dan seluruh tubuh malah terasa asik, padahal itu mungkin membawa penyakit.

Sampai perbatasan kota, kali ini hujan benar-benar deras, bukan rintik rintik lagi.

Akhirnya aku menjadi bagian dari sekian jumlah pengendara yang menepi sejenak untuk mengenakan jas. Tidak untuk memaksakan diri.

Orang lain yang mengendarai kendaraan roda empat mulai menyalakan sweeper,

sedangkan aku mulai sibuk beberapa kali mengusap air yang membasahi muka.

Sempat aku membayangkan duduk di dalam mobil sana, menikmati hujan yang melewati kaca tersapu sweeper berulang teratur sambil menikmati lagu lagu hits atau lagu lagu nostalgia dari mp3 original. Bukan mp3 bajakan yang kubeli di Kota Kembang.

Tapi, saat ini aku sedang asik duduk mengendalikan stang untuk menghindari jalan berlubang yang tertutup genangan air, sesekali saja lampu aku nyalakan, menghindari tekor.

Air yang mulai menembus jas terasa dingin, di tangan, dada, muka hingga kaki yang tergenang air dalam sepatu. Semoga saja air hujan yang mulai menembus tidak merusak catatanku yang selalu ku bawa bawa, pikirku.

Dalam kondisi hujan deras dengan jalan yang banjir aku hanya berharap selamat sampai ditujuan, bukan cepat sampai tujuan.

Untuk segala rasa syukurku lebih dalam, menikmati ini, dengan motor tua ku.

Kini aku duduk di parkiran, melepaskan sepatu dan memandangi air hujan yang menguap di atas mesin dan knalpot yang masih panas.

Gusti nu Agung, aku bersyukur untuk hari ini dan hari hari yang lalu.


Bandung, 9 April 2010



Sunday, March 14, 2010

Cadas Pangeran



Jalan ini gelap dan berkelok, aku melewatinya ditemani lagu lagu nostalgia. Seperti biasanya.

Kusibak kabut hujan yang membasahi kaca jendela mobil karena mengurangi pandangan menikmati indahnya sekitarmu, yg tak nampak.
Kau mahakarya pekerja sukarela dijamannya. Jalan di atas jurang.
Seperti keringat waktu itu, air hujan ini semakin deras mengalir ke atas permukaan kaca.
Beberapa kali kusibak hingga akhirnya aku melewatimu.

Bima bima
Cadas Pangeran, 14 Maret 2010.

Sunday, February 21, 2010

Pindah ngantor

Berikut foto si jagur bersama rekan. (diambil untuk kenang kenangan bersama
jagur pintanya)

Selamat jalan Pak sukir, security kantor yang pernah dinobatkan karyawan
terbaik di bidangnya setahun yang lalu. Akhirnya pindah ngantor ke kampung
halamannya di Solo sana. Sesuai dengan permohonan dan keinginannya.
Beginilah dinamika kehidupan ada datang dan pergi. Kapan kapan kita ngobrol
mengenai mesin dan busi lagi, bersama si jagur.

Salam sukses

Bandung, 22 Februaru 2010

Wednesday, February 17, 2010

Ditampar bunga anggrek malam

Bunga anggrek

Aku yang sedang meng abaikan banyak hal didekatku terlalu.

Pertanyaan kawan yang aneh melihat aku datang lebih sore sudah biasa masuk ketelingaku.

Malam itu jam tanganku menunjukan pukul 11, seperti biasanya gerbang sudah dikuci rapat. Suasana pun kurang bersahabat, hujan malam itu membuat jari jari tangan dan kaki ku linu. Aku baru saja pulang menjelajah dunia yang begitu luas, terbang ke sudut mana mana dengan kedipan mata dan hitungan detik.

Kuambil kunci cadangan yang memang setiap penghuni memilikinya satu masing masing. Langkahku sengaja kupelankan, karena alas sepatu ini terdengar begitu bising ditelinga. Begitu pula saat membuka gerbang, bak penyamun. Aku bukan bermaksud apa, namun sungguh tak enak kalo ketibaanku membangunkan Bapak yang pulas tidur atau pura pura di kursi teras rumah. Sungguh Bapak ini unik, dan saya selalu bertemu orang disekitar saya yang unik. Bapak yang setiap hari rajin Tahajud dan solat sunah lainnya ini gemar tidur seadanya sambil duduk dikursi teras. Belum pernah langsung aku tanyakan alasannya kepada beliau. Padahal udara cukup dingin menusuk dan hujan. Fajar2 (nama baruku) seharusnya kau tidak membicarakannya tetapi menirunya.

Sukses ketibaanku tanpa diketahui, pikirku. Tapi tidak menutup kemungkinan pula bapak sebetulnya mengamati atau memperhatikannku, ah tidak apa apa pikir ku pula. Bapak selalu baik kok, sungguh tak sedikit pun logika jelek terpikir.

Tangga kunaiki perlahan pula, tidak lupa sepatu yang memang terlalu bising di saat tengah malam kubuka dari bawah, kurang lebih sepuluh anak tangga tiba di ruang atas. Aku duduk sejenak memandang sekitar yang seperti biasanya pula begitu, apapun yang di sekitar aku yakin diri hapal walau ada perubahan sedikitpun. Tetapi..

Tapi ternyata kemana aku selama ini, bunga anggrek yang kau lihat sudah lebih dari setahun tanpa kau rawat dan pedulikan sekarang terlihat berbeda. Mekar sekejap, sempurna dengan kombinasi warna yang sungguh pas, begitulah selalu diciptakan tidak akan ada kurang. Mata dan doktrin kepalaku mengatakan kuning kombinasi ungu dengan pelepah atau tangkai hijau, kau tampak indah berdiri. Mungkin/pasti kau lebih anggun dan cantik dari gadis terakhir yang masuk tanpa permisi ke alam bawah sadarku, huh.. tak kuingat lagi namun.

Aku harus banyak menampar diri, sebelum badan ini kubaringkan dan kembali sadar.

Bandung, 18 Februari 2010

Ditulis disela sela waktu kerja, dan didedikasikan untuk lingkunganku yang selama ini dekat namun jauh, maafkan.

Sunday, February 14, 2010

Ternyata aku sakit

Aku sakit

Ternyata aku sakit

Penyakit itu menempel di mata dan kepalaku

Mataku sering ngantuk tak tertahan tapi lebih sering gak bisa tidur sampai terbit fajar.

Kepalaku dipenuhi rencana rencana tapi tak jua memuntahkan, pusing terlalu.

Obrolan terakhir saya merasa melantur gak jelas membuat mata dan kepalaku tambah sakit

Aku juga tidak begitu sadar apa yang kemarin aku tumpahkan, mungkin dia hanya menganguk meng ia kan

Sekedar menghormatimu, sekedar menghargaimu, sekedar menjaga perasaan supaya aku tidak tersinggung

Mungkin.

Kini ternyata dia menghilang, mungkin memang sudah seharusnya begitu

Dan bukannya dari dulu juga begitu. Kenapa saja aku masih tidak sadar. Hai kemana saja kau Sang Fajar.

Aku perlu obat, penawar, sesegera dan mendesak

Supaya mata dan kepalaku tidak sakit

Bawakanlah atau datanglah

Bandung, 15 Februari 2010

Friday, February 12, 2010

Sungguh membekas

Masih teringat cerita itu

Bagaimana dia bisa bercerita sampai membekas begitu.
Sampai sekarang aku masih membayangkan kecantikan putri totok dalam cerita itu. Huh, annelis mellema yang katanya pintar naik kuda. Gadis indo Jawa - Belanda yang konon mengalahkan kecantikan Ratu Wihelmina.
Dijaman sekarang ?
Akankah sosok kamu itu ibarat gadis model yang lenggak enggok. Dengan wangi parfum yang aku tak tau apa namanya.

Bandung, 12 Februari 2010

Wednesday, January 27, 2010

Tangki Motor Kehujanan

kalo basah menurut kebasahan gara2 di bawah talang biasanya :

- kabel2 yang terlihat biasanya basah di lap2 dulu karena kalo air sifatnya bisa menghantar listrik kalo positif dan negatif masih bersinggungan dan ada air di anatranya bisa konslet akibatnya di selah2 ngak mau nyala.
- kalo ringan kehujanannya check buka mur bawah karbu yang ada selangnya longgarin pas bensin keluar liat nyampur ngak sama bensin.kalo nyampurnya dikit keluarin ajach kalo banyak buka rumah karbu bawahnya bersihin diluar.
- buka busi dan kepala busi, bersihkan busi dan kepala businya (biasanya di lap dan di tiup2 biar air2 yang dr koil ke kabel busi keluar).
- sebelum busi dipasang selah2 dulu biar kompresi nya ada
- kalo tangkinya masih miris ada air masuk mending dikuras dulu keluarin pisahin di aqua galon kalo bensin nyampur mesin bisa ngerebek.
- kalo masih ngak mau idup coba di buka kepala businya keluar api ngak di ujung koil kalo di selah dekatkan ke baud kop mesin.
- pasang kepala busi pasang busi lakukan hal yang sama keluar ngak api di businya.kalo ngak biasanya di kepala busi nya atau businya itu sendiri harus ganti pasaran 10rb atau 15 rb .
kalo ada yang mau nambah maklum pengetahuan newbie.

Salam,
from kang Chris.

.

__,_._,___

Mencoba trek Dago, Taman Juanda, Goa Jepang dan sekitarnya

Mencoba trek Dago, Taman Juanda, Goa Jepang dan sekitarnya

 

Sudah seminggu lamanya si jagur (sebut cb 125 ku) mejus, gara gara kehujanan, tangki jadi aquarium.  Sudah saya marah marahin aja si jagur, ga tau tanggal ujung bulan dan akhirnya mesti naek angkot.  Kejadian bermula karena parkir sembarangan, maklum datang sering kesiangan ke tempat kerja jadi gak kebagian lapak teduh, si jagur nangkring tepat dibawah saluran pembuangan air hujan.

Si jagur diotak atik sebisanya, awalnya ga ngerti kenapa.  Dengan bantuan Pa Apep security yang menurut saya pintar sekali masalah kendaraan saya ganggu jadwal jaganya, si jagur coba diberi napas buatan.  Airnya dikeluarkan walau mungkin ga tuntas.  Akhirnya nyala juga meski harus nongkrong sampai jam 11 malam. Dari usaha ga tuntas ini kesan brebet brebet masih ada, berhubung Pa Apep bukan jadwal jaga, mang Cece juga akhirnya, service cb favorit yang ku kenal lewat milist, pokoknya tau gas pol aja.

Gak perlu waktu lama buat mang Cece yang memang sudah paham banget permasalahan CB, si jagur gas pol lagi.  Mengobati kerinduan seminggu naek angkot si jagur dibawa jalan mencoba trek Dago, Taman Juanda, Goa Jepang dan sekitarnya, lokasinya di Bandung Utara.  Jalannya bagus dan ber hotmik/aspal, kiri kanan jalan pun pemandangannya asik.  Sampai ke lokasi teratas tujuan si jagur masih mau dicoba lagi lebih ke atas paling atas, menaiki tanjakan tercuram di lokasi itu, sempet juga mengurungkan niat, tp akhirnya lanjut.

Bersama sahabat dengan kuda besi metik (silvi namanya), jagur dipacu ke atas, mungkin dengan pecutan cambuk terkeras kuberikan. Belum sampai puncak sudah terasa tersendat tapi pikir dan niatku harus harus sampai.  Mungkin dengan tenaga terakhir jagur, akhirnya sampai puncak dan tiba tiba mesin langsung mati sekaligus begitu berhenti, asap keluar dari bawah tengki, wus serem, apalagi ini.  Jangan sekarang pikirku, karena aku awam dan gak ngerti sedikitpun soal perbengkelan.  Walau begitu tetap ga mau merusak suasana, ketawa yang lepas, dan sungguh pemandangan kota Bandung yang indah dilihat dari atas mengalahkan semua itu. Anugrah anugrah saya bisa menyaksikan keindahan itu.

 

Bandung, 28 Januari 2010