Pages

Wednesday, February 17, 2010

Ditampar bunga anggrek malam

Bunga anggrek

Aku yang sedang meng abaikan banyak hal didekatku terlalu.

Pertanyaan kawan yang aneh melihat aku datang lebih sore sudah biasa masuk ketelingaku.

Malam itu jam tanganku menunjukan pukul 11, seperti biasanya gerbang sudah dikuci rapat. Suasana pun kurang bersahabat, hujan malam itu membuat jari jari tangan dan kaki ku linu. Aku baru saja pulang menjelajah dunia yang begitu luas, terbang ke sudut mana mana dengan kedipan mata dan hitungan detik.

Kuambil kunci cadangan yang memang setiap penghuni memilikinya satu masing masing. Langkahku sengaja kupelankan, karena alas sepatu ini terdengar begitu bising ditelinga. Begitu pula saat membuka gerbang, bak penyamun. Aku bukan bermaksud apa, namun sungguh tak enak kalo ketibaanku membangunkan Bapak yang pulas tidur atau pura pura di kursi teras rumah. Sungguh Bapak ini unik, dan saya selalu bertemu orang disekitar saya yang unik. Bapak yang setiap hari rajin Tahajud dan solat sunah lainnya ini gemar tidur seadanya sambil duduk dikursi teras. Belum pernah langsung aku tanyakan alasannya kepada beliau. Padahal udara cukup dingin menusuk dan hujan. Fajar2 (nama baruku) seharusnya kau tidak membicarakannya tetapi menirunya.

Sukses ketibaanku tanpa diketahui, pikirku. Tapi tidak menutup kemungkinan pula bapak sebetulnya mengamati atau memperhatikannku, ah tidak apa apa pikir ku pula. Bapak selalu baik kok, sungguh tak sedikit pun logika jelek terpikir.

Tangga kunaiki perlahan pula, tidak lupa sepatu yang memang terlalu bising di saat tengah malam kubuka dari bawah, kurang lebih sepuluh anak tangga tiba di ruang atas. Aku duduk sejenak memandang sekitar yang seperti biasanya pula begitu, apapun yang di sekitar aku yakin diri hapal walau ada perubahan sedikitpun. Tetapi..

Tapi ternyata kemana aku selama ini, bunga anggrek yang kau lihat sudah lebih dari setahun tanpa kau rawat dan pedulikan sekarang terlihat berbeda. Mekar sekejap, sempurna dengan kombinasi warna yang sungguh pas, begitulah selalu diciptakan tidak akan ada kurang. Mata dan doktrin kepalaku mengatakan kuning kombinasi ungu dengan pelepah atau tangkai hijau, kau tampak indah berdiri. Mungkin/pasti kau lebih anggun dan cantik dari gadis terakhir yang masuk tanpa permisi ke alam bawah sadarku, huh.. tak kuingat lagi namun.

Aku harus banyak menampar diri, sebelum badan ini kubaringkan dan kembali sadar.

Bandung, 18 Februari 2010

Ditulis disela sela waktu kerja, dan didedikasikan untuk lingkunganku yang selama ini dekat namun jauh, maafkan.

No comments:

Post a Comment