Pages

Saturday, February 7, 2009

Pelajar dan mahasiswa mengamen?

Malam ini malam kesekian kalinya saya alihkan pandangan ke salah seorang mahasiswi/pelajar yang cantik dan menarik. "Seribu aja seribu aja", begitu syair yang diulang terus menerus ke arah setiap pengendara, lampu merah Jalan Dago.


Di salah satu sudut kota Bandung setiap sore menjelang hari libur, malam sabtu dan minggu ramai pengamen. Disetiap kota yang pernah saya singgahi menemukan pengamen tidaklah aneh, tetapi disudut kota Bandung ini sedikit berbeda, pengamen disini adalah pelajar atau mahasiswa, pria dan perempuan. Remaja-remaja ini berpenampilan menarik tidak mencirikan seperti pengamen sungguhan (yang perlu sesuap nasi untuk menyambung hidup), mungkin juga dari keluarga mampu dan kaya. Tidak ada tampilan mengamen demi membiayai kuliah.
Pada mulanya saya juga berpikir mereka menggalang dana untuk aksi sosial, bantuan bencana alam dan lainnya. Tetapi saya rasa tidak atau sekarang bukan untuk tujuan itu lagi, karena saya lihat dilakukan disetiap malam libur, dan apakah kejadian bencana alam di Indonesia terjadi setiap hari? kan tidak.

Kenapa insan intelektual mengamen?
Apapun tujuanya mengamen, tetapi kenapa insan intelektual calon para pemimpin mengamen. Bukannya pemerintah melalui dinas sosialnya memerangi hal ini, karena sikap ini akan membentuk karakter suka diberi daripada memberi, males dan tidak kreatif. Seharusnya mereka memberi contoh dan jadi panutan di masyarakat. Membuat proposal atau jualan saya rasa perbuatan terhormat daripada mengamen. Anehnya pengamen beneran pada saat yg sama kalah saingan. Sungguh disayangkan, naif.
Mungkin begitulah heterogennya kota Bandung, dan mungkin pandangan saya mengenai pengamen pelajar dan mahasiswa ini keliru.

Bima-bima
Bandung, 7 Februari 2009

2 comments:

  1. mahasiswa mengamen tidak hanya untuk menggalang dana untuk korban bencana alam. mahasiswa mengamen untuk mengumpulkan dana untuk acara yang akan mereka selengarakan.

    saya juga seorang mahasiswa. pernah mengamen juga untuk acara kami. tapi akhirnya tidak lagi. alasannya karena ibu melarang saya. beliau sependapat dengan Anda. mahasiswa yang seharusnya menuntut ilmu tapi malah 'memint-minta'. membuat derajat mahasiswa turun.

    setelah itu, ketika saya melihat mahasiswa mengamen di kawasan dago, depan BCA, saya suka senyum-senyum sendiri. mengingat saya masa lalu. silly

    ReplyDelete
  2. mahasiswa mengamen apabila tujuannya memang untuk bencana atau lainnya yg di sebutkan diatas ^^ sebenarnya sih, bagus.. tapi kenyataan disini, bila kita telaah lebih lanjut, kelompok2 mahasiswa yg sering telihat tampil mengamen di pinggiran jalan juanda, adalah kelompok mahasiswa dari luar daerah, yang notabene nya merasa memliki sebuah kebebasan dalam berekspresi dan melakukan apapun tanpa batas.
    Tapi tetap saja, menurut saya, itu bukan sesuatu yang baik.. masih banyak tempat yg bisa di gunakan kaum intelek untuk berkumpul dan berinteraksi, bukan di pinggir jalan dengan mengamen.

    ReplyDelete