Pages

Monday, May 11, 2009

Rasa Ingin "Kabita" (1)

Juanda, Jumat 1 Mei 2009. Seperti hari Jumat biasanya jam istirahat menjadi lebih awal, bagus lah supaya penat sedikit hilang. Dinginnya air sejuk terasa ke telapak tangan sampai pergelangan, mulut, seluruh muka, rambut hingga telapak kaki. Meskipun saya tidak selalu datang tepat tetapi jangan pernah melewatkannya, yaitu ibadah sholat Jumat. Mesjid rektorat ITB Bandung jadi pilihan lebih karena lokasi dekat, karena semua mesjid nyaman dan menentramkan.
Secara rata-rata bisa dibilang duduk di shaf belakang kemudian tengah, kalau didepan rada grogi kalau-kalau imam lupa, ah cuma alesan. Harusnya berlomba, karena didepan pahalanya lebih gede. Jumat itu sedikit cerah, biasanya godaan ngantuk keras sekali. Melihat khotib bersemangat menjadi serius menyimak isi khotbah yang merupakan rukun wajib sholat jumat. Tema atau judulnya kabita, kata bahasa sunda yang artinya rasa ingin, Khatib menyebutnya ghibtah atau hasud. Perasaan ini wajar pada setiap manusia, khatib menyebutnya fitrah berikut dalil dan hadist pendukungnya yang saya ga sanggup sekali hapal. Contohnya saya kabita ingin punya motor BMW R62, Triumph atau BSA bearti wajar, yang penting usaha. Tapi jiga kaleuwihan "terlalu berlebih". Kabita terus dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1) kabita wajib, 2) kabita mubah, dan 3) kabita haram atau hasud.
Pertama, Kabita wajib contohnya kabita atau ingin kalau orang lain punya ilmu banyak dan mengamalkan ilmu tersebut, contoh lainnya rasa ingin/kabita melihat orang lain banyak hartanya dan mengamalkannya dan kita ingin berbuat seperti itu. Kedua, Kabita/rasa ingin mubah yaitu contohnya orang lain punya sesuatu dan kita ingun dan berusaha untuk memilikinya juga, seperti contoh saya yg mau motor klasik tadi artinya mubah. Ketiga, Kabita yang terakhir menurut pemaparan khatib yaitu kabita/rasa ingin yang haram atau hasud. Contohnya kabita/rasa ingin kepada milik orang lain atau kedudukan orang lain atau segala hal terus sambil berusaha menghilangkannya. Selalu sibuk memonitor nikmat orang lain dan menganggap rendah terhadap nikmat yang dimilikinya sendiri. Jadi selalu berusaha orang lain tidak lebih dari dirinya, ini merupakan penyakit hati dan dapat melunturkan iman, pahala, kebaikan dan menambah dosa begitu pemaparan khatib yang dilengkapi dalil dan saya lagi-lagi ga sanggup menghapalnya.

Sudah malam jadi bersambung dulu..

Bima-Bima
Bandung, 11 Mei 2009

No comments:

Post a Comment